Webinar Kajian Pusat Studi Moderasi Beragama dan Sosial Budaya “Wasathiyah fi al-Islam: Antara teori dan praktek”

Malang, 16 November 2021; Pusat Studi Moderasi Beragama dan Sosial Budaya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menyelenggarakan webinar dengan tema “Wasathiyah fi al-Islam: Antara Teori dan Praktek”. Webinar kali ini menghadirkan tiga pemateri yakni Dr. Aep Saepulloh Darusmanwiati, MA, Doctor lulusan Universitas Al-Azhar Cairo dan alumni Pendidikan calon Mufti yang diselenggarakan oleh Dar al-ifta’ al-Mishriyyah, KH. Ma’ruf Khozin, Ketua Aswaja Center PWNU Jatim dan Ketua Lembaga Fatwa MUI Jatim, serta Mokhammad Yahya, Ph.D., Kepala Pusat Studi Moderasi Beragama dan Sosial Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Webinar yang dibuka secara resmi oleh Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim dan ketua LP2M ini dihadiri sekitar 200 peserta, dan merupakan sebuah upaya dari pusat studi moderasi beragama untuk menanamkan pemahaman mendalam serta komprehensif tentang konsep moderasi beragama. Faktanya, masih terdapat banyak miskonsepsi yang terjadi di kalangan masyarakat dimana banyak diantaranya mensejajarkan sikap moderat dengan sikap liberal, menganggap moderasi sebagai kompromi terhadap keyakinan teologis agama lain, hingga menganggap orang moderat sebagai orang yang cenderung mengabaikan norma agama sebagaimana telah tertuang dalam teks-teks suci keagamaan. Berbagai miskonsepsi ini telah diluruskan oleh berbagai narasumber. KH. Ma’ruf Khozin memaparkan bahwa kita tidak boleh menganggap orang yang memiliki kelonggaran pendapat dalam urusan agama sebagai orang liberal serta tidak boleh juga menganggap orang yang memiliki pendapat yang keras dalam urusan agama sebagai orang radikal, sebab selama pendapat tersebut masih mengacu pada pendapat para ulama-ulama yang mu’tamad, maka pendapat terebut masih mungkin mengandung kebenaran. Untuk itu, penting bagi seluruh elemen bangsa untuk melakukan ‘tabayun’ terhadap makna moderasi yang benar.

Dr. Aep melanjutkan bahwa kesalahpahaman yang terjadi di kalangan masyarakat disebabkan oleh pemahaman yang dangkal tentang moderasi beragama. Padahal, untuk bersikap moderat dan menerapkan moderasi beragama, terdapat setidaknya 8 indikator yang harus dipenuhi. Salah satu indikatornya adalah dengan cara memahami islam secara komprehensif. Tanpa memahami Islam secara utuh, maka sikap moderat tidak akan pernah terealisasi. Di akhir webinar, Kepala Pusat Studi Moderasi Beragama UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menjelaskan bahwa bagian dari mendemonstrasikan moderasi beragama, perlu ditanamkan dahulu pemahaman yang benar tentang moderasi beragama agar pikiran orang Indonesia terbuka dahulu. Setelah pikirannya terbuka, nantinya hati setiap orang akan tergerak untuk ikut mensosialisasikan moderasi beragama kepada orang lain. Inilah misi dari pusat studi moderasi beragama yakni menjadi kepanjangan tangan pemerintah dalam mensosialisasikan pemahaman moderasi beragama yang benar di kalangan masyarakat. [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *