Malang, 27 Desember 2018: Guna memperlancar pelaksanaan KKM UIN Mengabdi 2019, LP2M menyelenggarakan kegiatan pembekalan Dosen Pendamping Lapangan (DPL) Kuliah Kerja Mahasiswa yang menghadirkan Ir. Chairul Sjariftartilla S. selaku Asisten Administrasi Umum Setda Kota Batu.
Dalam kesempatan tersebut Bapak dengan tiga putri tersebut menyampaikan tentang potensi dan problematika di Kota Batu. Beliau menjelaskan bahwa Kota Batu merupakan wilayah di Malang Raya yang terletak 90 Km dari ibukota Provinsi Jawa Timur dan 15 Km sebelah barat laut Malang. Kota Batu memiliki ketinggian 700 – 2000 MdPl dengan suhu udara 11 – 19 Derajat celcius. Kota Batu merupakan daerah hasil pemekaran wilayah Kabupaten malang dengan pembagian luas wilayah sekitar 20.000 Ha. Secara Administratif, Kota Batu memiliki 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji, memiliki 19 Desa dan 5 kelurahan dengan jumlah penduduk sekitar 214 juta jiwa.
Kota batu 60 persen terdiri dari wilayah hutan lindung konservasi dan produksi dan 40 persen merupakan wilayah pertanian dan perumahan/pemukiman, sehingga salah satu kebijakan pemerintahan salah satunya adalah pelestarian lingkungan. Strategi pembangunan Kota Batu banyak memanfaatkan pengembangan potensi wilayah dibidang pariwisata dan pertanian, maka tak heran program jangka panjang Kota Batu salah satunya adalah menkonversi wilayah hutan yang kurang produktif menjadi lahan pertanian dan pemukiman berbasis tata kelola wilayah pariwisata, baik secara alami atau wisata buatan.
Strategi pembangunan Kota Batu dapat dikatakan pesat sebab sejak berdiri, Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi aktor pembangunan di wilayah ini hanya terdiri dari 187 orang dengan anggaran yang kecil yakni sekitar 50 milyar. Untuk meningkatkan dan mengembangkan Kota Batu menjadi baik tentu membutuhkan kerja keras semua pihak sehingga strategi birokrasi dan pembangunan di Kota Batu banyak dilakukan dalam bentuk mensinergikan antara program birokrasi – masyarakat dan dunia usaha, terutama penambahan sarana dan prasarana wisata di Kota Batu.
Kebijakan birokrasi Pemerintah Daerah Kota Batu banyak diarahkan dalam bentuk kebijakan pengembangan pertanian produksi berbasis ramah lingkungan dan berpotensi menjadi pertanian wisata edukatif, maka tak heran rencana jangka pendek dan menengah (RJPM) Kota Batu 2022 lebih banyak diarahkan pada proses tersebut.
Problem yang sering muncul di Kota Batu antara lain:
- Terkait persoalan sarana dan prasarana infrastruktur yang menyebabkan kemacetan yang jika pada waktu liburan cukup parah. Hal tersebut wajar karena Kota Batu dengan “The Shinning Batu” merupakan kota wisata di malang.
- Lingkungan hidup dan kebersihan lingkungan
- Ketersediaan mata air yang semakin menipis
- Pembangunan ekonomi yang berbasis pada penciptaan lapangan kerja
- Peningkatan pengembangan usaha mikro, kelembagaan, dan permodalan
- Peningkatan kualitas produk, pemasaran dan peningkatan skill SDM.
- Tidak banyak resistensi dalam bidang sosial, keagamaan dan hal lainnya, sebab Kota Batu selain sebagai kota wisata, juga memperoleh imbas dari Kota Malang yang dikenal dengan kota pendidikan sehingga masyarakat Kota Batu lebih dominan sudah berada pada level pendidikan yang mumpuni.[*]