Kedungkandang merupakan wilayah kota malang yang secara geografis terletak di pinggir kota, kondisi tersebut terkadang membentuk watak dan pribadi yang “terpinggirkan”. Sesuai dengan hasil brainstorming yang dilakukan tim bina desa ulul albab pada tahun 2010, fokus pengabdian adalah pada pembentukan skill dan kemandirian warga kec.kedungkandang dengan memberikan pelatihan di bidang pembuatan box speaker, kompor gas biomasa, pengomposan dan kerajinan bidang garment.
Setelah kegiatan yang telah direncanakan oleh tim pengabdian LPM UIN Maliki Malang bersama dengan para stakeholder di lokasi pengabdian selama beberapa bulan, TIM monitoring dan evaluasi pada hari jumat 21 Januari 2011 mendatangi Kecamatan Kedungkandang guna melakukan evaluasi kegiatan bersama para lurah seluruh Kecamatan Kedungkandang.
Dalam kegiatan evaluasi dan monitoring yang dihadiri oleh seluruh lurah dari 12 kelurahan yang ada di Kec. Kedungkandang ini, Dr. Hj. Mufidah Ch selaku ketua rombongan monitoring melakukan wawancara langsung guna mendapatkan informasi dari pihak goverment terkait dengan kegiatan yang telah dilakukan oleh para dosen pada program bina desa ulul albab.
Secara umum dari berbagai pandangan dan pendapat yang disampaikan oleh para lurah, garis besarnya adalah keberadaan tim dosen yang melakukan pengabdian di Kendungkandang perlu adanya penambahan jumlah dosen serta kegiatan yang berkelanjutan sehingga masyarakat yang telah di bina kemudian didampingi misalkan ketika masyarakat diberi pelatihan pembuatan box speaker maka mereka juga diberi pendampingan dalam memasarkan produknya begitupun dengan biomasa maupun program yang lain. Sehingga ketika masyarakat menjalankan ilmu yang telah didapat dari UIN Maliki kemudian mereka bisa memanfaatkan ketrampilan yang ada demi peningkatan kesejahteraan mereka dan mendapatkan “vitamin” dari hasil jerih payahnya, vitamin maksudnya penghasilan yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Mufidah menambahkan pada pertemuan tersebut bahwa konsep pengabdian Bina Desa Ulul Albab ini kedepan selain memberikan pelatihan serta pendampingan di masyarkat terkait softskill terlebih dahulu juga akan dilakukan “cuci otak” hal ini dilakukan karena selama ini masyarakat sudah sangat pragmatis dikarena berbagai hal salah satunya adalah adanya money politik di negeri kita ini. Jadi kalau ada pelatihan, workshop, seminar atau apapun itu pasti ujung-ujungnya mereka menanyakan ada “vitaminya” ga? Dalam benak mereka vitamin itu ya uang. Itulah yang sebenarnya harus kita garap terlebih dahulu sehingga masyarakat kita tidak menjadi pragmatis dan menjadi masyarakat yang berdaya dan mandiri.
Lebih lanjut ia mencontohkan bahwa selama ini dana berjumlah miliaran yang telah digelontorkan pemerintah yang nyatanya tidak berhasil menuntaskan masalah yang ada di masyarakat. Contoh masyarakat yang belum “sehat” dapat kita lihat beberapa tahun lalu pemerintah membagikan kambing bagi warga yang kurang mampu untuk kemudian bisa digulirkan kepada warga yang lain yang belum mampu pada tahun berikutnya, namun kenyataanya tahun berikutnya kambing sudah tidak ada wujudnya.
Hal tersebut dibenarkan oleh para lurah yang hadir, bahkan ada yang mencontohkan bahwa dari data warga yang berhak mendapatkan raskin (beras untuk warga miskin:red) misalkan 40 orang pada tahun ini, maka pada tahun berikutnya pasti meningkat bahkan sampai 100%. Jadi memang yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah pembenahan jiwa sehingga tidak ada lagi yang “memiskinkan diri” untuk mendapatkan fasilitas pemerintah yang dialokasikan untuk warga yang benar-benar miskin. Semoga masyarakat kita nantinya benar-benar berdaya dan mandiri amin….. (m.sholehudin)