Pusat Studi Moderasi Beragama UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengadakan webinar internasional dengan judul In Defense of Religious Moderation: Learning from different perspectives. Webinar yang dihadiri oleh 672 orang peserta ini menghadirkan empat pemateri yakni; Prof. Dr. H. M. Zainuddin, MA, Prof. Dr. Arndt Graf dari Gothe University Frankfurt, Duta Besar RI di Havana; Ibu Nana Yuliana, Ph.D. dan Zuhairi Misrawi, Duta Besar RI untuk Tunisia.
Dalam opening remarks, Prof. Agus Maimun selaku Ketua LP2M menjelaskan bahwa tujuan webinar ini adalah untuk memperluas pemahaman para civitas akademika UIN Malang tentang konsepsi moderasi beragama dari berbagai negara. Selain itu, best practice Moderasi beragama di negara komunis seperti Kuba dan di Negara Eropa seperti Jerman juga akan mampu menjadi pelajaran berharga bagi semua.
Ibu Duta Besar di Havana mengawali presentasinya dengan memaparkan hubungan Muslim dan Non-Muslim di Kuba, beliau memaparkan “walaupun Kuba merupakan Negara komunis, namun Konstitusi 2019, article 15 telah memberikan jaminan kebebasan beragama bagi warganya. Aplikasi dari konstitusi itu dapat dilihat dampaknya bagi Muslim seperti saya, misalnya; tiap provinsi di Kuba ada musholla. Itu membahagiakan” paparnya. Lebih lanjut, dalam pandangan Ibu Dubes, moderasi beragama di Kuba terpantau baik sebab tidak ada gesekan ataupun konflik umat beragama. Hal ini yang mungkin dapat menjadi cerminan kehidupan beragama bagi seluruh peserta.
Berbeda dengan Ibu Duta Besar, Prof. Arndt Graf; professor kajian asia Tenggara dari Gothe Univerity Frankfurt mengkaji perbedaan Moderasi Beragama di Indonesia dan Jerman. Menurut beliau, istilah Moderasi Beragama yang digunakan di Indonesia tidak digunakan di Jerman, sebab yang ramai disana adalah istilah pluralitas Agama. menariknya, ramainya istilah Pluralitas Agama ini bersamaan dengan ramainya istilah Moderasi Beragama di Indonesia. hal ini yang menurut beliau patut untuk dikaji lebih lanjut. Sebagai penutup, Prof. Zainuddin, MA memperjelas konsepsi Moderasi beragama dalam konteks Indonesia. dalam pemaparan beliau, moderasi Beragama di Indonesia hakikatnya merujuk pada empat indikator yakni; Anti-Kekerasan, Toleransi, Komitmen kebangsaan, dan penerimaan terhadap tradisi. harapannya, acara semacam ini dapat dilaksanakan secara kontinu dengan menhadirkan para ahli.